Kolaborasi BRIN dan TNI AL Tingkatkan Riset Kelautan di Teluk Banten
Headnews.id-Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PR IA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Sekolah Tinggi Teknologi TNI Angkatan Laut (STTAL), khususnya Program Studi S1 Hidrografi dan S2 Oseanografi, tengah melaksanakan riset dan pemantauan variabilitas parameter oseanografi di perairan Teluk Banten. Kegiatan ini berlangsung dari 4 September hingga akhir September 2024, dengan fokus pada periode peralihan dari monsun timur ke monsun barat.
Dalam proyek ini, BRIN memasang alat pemantauan seperti sensor suhu permukaan laut dan tekanan permukaan laut di Karangantu, Teluk Banten. Aktivitas ini berbarengan dengan Latihan Praktek (Lattek) Prodi S1 Hidrografi yang dipimpin oleh Letkol Laut Yulianto dari STTAL. Selama riset, dilakukan survei dan pengukuran batimetri, arus laut, gelombang laut, tide master, dan automatic weather station. Data yang terkumpul akan dianalisis dan dibandingkan dengan data citra satelit oleh mahasiswa Prodi S2 Oseanografi di bawah pimpinan Letkol Laut Johar Setiyadi.
Widodo Setyo Pranowo, Peneliti Ahli Utama PR IA BRIN, menjelaskan bahwa bulan September, Oktober, dan November merupakan masa peralihan dari monsun timur ke monsun barat, yang menandai perubahan dari musim kemarau ke musim penghujan. Selama periode ini, sering terjadi lonjakan suhu yang tinggi diikuti oleh hujan lebat.
Teluk Banten dipilih sebagai lokasi riset karena strategis dan unik, terletak di antara Laut Jawa, Selat Karimata, dan Selat Sunda. Selat Sunda, yang memiliki akses langsung ke Samudra Hindia, menawarkan banyak tema riset potensial. Selain itu, perairan Teluk Banten adalah habitat penting bagi ikan pelagis yang memanfaatkan daerah ini untuk bertelur dan pengasuhan ikan-ikan bernilai ekonomis.
Widodo menambahkan bahwa gaya pasang surut di Teluk Banten dan pengaruh angin monsun dapat membangkitkan arus laut yang mengangkut nutrien, sampah makro dan mikro, sedimen, serta kontaminan di permukaan laut. Kerja sama antara BRIN dan TNI AL diharapkan dapat meningkatkan kapasitas riset kelautan melalui pemanfaatan armada riset, fasilitas pendukung, dan keahlian kedua institusi.
Tiga hal penting ditekankan dalam riset ini: pertama, data yang diperoleh akan merekam perubahan monsun di Teluk Banten, memberikan wawasan tentang variabilitas dan perubahan iklim. Kedua, riset ini bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat, termasuk pengembangan sistem prediksi zona penangkapan ikan. Ketiga, data riset akan digunakan untuk penulisan karya ilmiah oleh mahasiswa STTAL, mendukung pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam bidang kelautan.
Widodo berharap bahwa kolaborasi ini akan memperkuat peran masing-masing institusi dalam menjaga kedaulatan dan keamanan laut Indonesia, serta memajukan inovasi dan teknologi nasional di bidang kelautan.