November 22, 2024
Jeritan Hutan: Ketika Alam Menangis di Tengah Pemburuan Satwa Liar
Agro Ecology

Jeritan Hutan: Ketika Alam Menangis di Tengah Pemburuan Satwa Liar

Oct 20, 2024

Headnews.id – Di tengah keheningan malam, suara-suara alam yang biasanya memenuhi udara kini teredam oleh kesunyian yang mencekam. Hutan yang dulunya penuh kehidupan, kini menyimpan duka yang tak terucapkan. Inilah kisah tentang jeritan hutan yang tak terdengar, saat alam menangis dalam diam karena ulah manusia yang tak bertanggung jawab.

Pemburuan dan perdagangan satwa liar telah menjadi ancaman serius bagi kelangsungan ekosistem di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Negeri kita yang dikenal sebagai megabiodiversity country, dengan kekayaan flora dan fauna yang luar biasa, kini menghadapi krisis yang mengancam keseimbangan alam. Setiap tahun, ribuan satwa liar menjadi korban keserakahan manusia, diperdagangkan layaknya komoditas tanpa nilai intrinsik.

Bayangkan seekor orangutan kecil yang terpisah dari induknya, terjebak dalam kandang sempit dan kotor, menunggu nasibnya untuk dijual ke penawar tertinggi. Atau seekor harimau Sumatera yang terjerat perangkap, meregang nyawa perlahan demi kulitnya yang berharga. Ini bukan sekadar cerita fiksi, melainkan realitas pahit yang terjadi setiap hari di hutan-hutan kita.

Mengapa hal ini terus terjadi? Jawabannya terletak pada kompleksitas masalah yang melibatkan berbagai faktor. Pertama, permintaan pasar yang tinggi terhadap satwa liar dan bagian tubuh hewan hewan. Mulai dari hewan peliharaan eksotis hingga bahan obat tradisional yang tidak terbukti khasiatnya, permintaan ini terus mendorong aktivitas perburuan ilegal.

Kedua, kemiskinan dan kurangnya alternatif ekonomi bagi masyarakat di sekitar hutan. Dengan tingginya angka pengangguran. Bagi sebagian orang, berburu dan menjual satwa liar menjadi pilihan terakhir untuk bertahan hidup. Mereka terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan dan eksploitasi alam.

Ketiga, lemahnya penegakan hukum dan korupsi. Meskipun Indonesia memiliki undang-undang yang melindungi satwa liar, implementasinya masih jauh dari sempurna. Sindikat perdagangan satwa liar sering kali lolos dari jerat hukum karena adanya oknum yang bermain di balik layar.

Keempat, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Banyak orang masih menganggap bahwa alam adalah sumber daya yang tak terbatas, yang bisa dieksploitasi tanpa konsekuensi, Nyatanya jika terus di buru dan di perjual belikan sumber daya alam akun menjadi langka.

Namun, kita harus menyadari bahwa setiap spesies memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Hilangnya satu spesies dapat memicu efek domino yang merusak seluruh rantai makanan dan fungsi ekologis hutan. Sebagai contoh, kepunahan harimau Sumatera akan menyebabkan ledakan populasi mangsa alaminya, yang pada gilirannya akan mengubah komposisi vegetasi hutan.

Lebih jauh lagi, hilangnya keanekaragaman hayati akan berdampak langsung pada kehidupan manusia. Hutan yang sehat berfungsi sebagai paru-paru bumi, menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Mereka juga berperan dalam mengatur siklus air, mencegah erosi, dan menjaga kesuburan tanah. Tanpa hutan yang sehat dan beragam, kita akan menghadapi ancaman perubahan iklim yang lebih ekstrem, bencana alam yang lebih sering, dan krisis pangan global.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk menghentikan jeritan hutan dari pemburuan dan perdagangan satwa liar ini?

Pertama, kita perlu memperkuat penegakan hukum dan meningkatkan hukuman bagi pelaku perdagangan satwa liar.Berdasarkan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan ekosistemnya, Pasal 21 ayat 2 “melarang pemburuan, pengangkutan, kepemilikan dan perdagangan satwa yang di lindungi” dan pasal 40 ayat 2 “pelanggar terhadap pasal 21 dapat dikenakan sanksi pidana berupa penjara maksimal 5 tahun atau denda maksimal Rp 100 juta.Ini termasuk memberantas korupsi di semua tingkatan dan menutup celah hukum yang sering dimanfaatkan oleh sindikat kejahatan terorganisir.

Kedua, kita harus berinvestasi dalam pendidikan dan kesadaran masyarakat. Mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, Disetiap kurikulum harus memasukkan pentingnya konservasi dan dampak negatif dari pemburuan dan perdagangan satwa liar. Kampanye publik yang masif juga diperlukan untuk mengubah persepsi dan perilaku masyarakat.

Ketiga, kita perlu mendukung alternatif ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat di sekitar hutan. Ini bisa berupa pengembangan ekowisata, agroforestri, atau pembayaran jasa lingkungan. Dengan memberikan sumber pendapatan yang legal dan berkelanjutan, kita bisa mengurangi ketergantungan masyarakat pada aktivitas ilegal.Dikarenakan perdagangan satwa liat disebabkan oleh tingginya angka pengangguran di Indonesia yaitu sebesar 4,82 %, dilansir dari Badan Pusat Statistik pada 6 mei 2024.

Keempat, kolaborasi internasional harus diperkuat. Perdagangan satwa liar adalah kejahatan lintas batas yang membutuhkan respons global. Indonesia harus aktif dalam forum-forum internasional dan bekerja sama dengan negara-negara lain untuk memutus rantai perdagangan ilegal.

Kelima, kita perlu mendukung penelitian dan inovasi dalam bidang konservasi. Teknologi seperti kamera trap, drone, dan analisis DNA dapat membantu dalam pemantauan populasi satwa liar dan penegakan hukum. Selain itu, penelitian tentang perilaku satwa dan dinamika ekosistem akan membantu kita merancang strategi konservasi yang lebih efektif.

Keenam, sektor swasta harus dilibatkan dalam upaya konservasi. Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di alam atau dekat habitat satwa liar harus bertanggung jawab atas dampak lingkungan pada mereka dan berkontribusi pada upaya pelestarian satwa liar.

Terakhir, kita sebagai individu juga memiliki peran penting. Mulailah dengan menolak untuk membeli produk yang berasal dari satwa liar. Seperti tas dan sepatu yang berasal dari kulit kulit buaya atau ular, perhiasan dari gading gajah dan tanduk badak,  dan selimut dari kulit dan bulu harimau atau macan tutul. Laporkan setiap aktivitas mencurigakan yang mungkin terkait dengan perdagangan satwa liar’Dikarenakan sudah adanya undang undang mengenai perdagangan satwa liar. Dukung organisasi-organisasi konservasi yang bekerja di garis depan untuk melindungi satwa liar dan habitatnya.

Ingatlah bahwa setiap tindakan, sekecil apapun, memiliki dampak. Ketika kita memutuskan untuk tidak membeli souvenir dari gading gajah, kita telah menyelamatkan satu nyawa. Ketika kita memilih untuk mendukung ekowisata daripada wisata yang mengeksploitasi satwa liar, kita telah memberikan alternatif ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal.

Jeritan hutan adalah panggilan untuk bertindak. Mari kita jawab panggilan itu dengan tekad dan tindakan nyata. Bersama-sama, kita bisa menghentikan perdagangan satwa liar, melindungi keanekaragaman hayati kita, dan memastikan bahwa generasi mendatang masih bisa menikmati keajaiban alam yang kita miliki hari ini.

Ingatlah, setiap kali kita menyelamatkan seekor satwa, kita tidak hanya menyelamatkan satu nyawa, tapi kita menyelamatkan seluruh ekosistem. Dan dalam proses itu, kita menyelamatkan kemanusiaan kita sendiri.

Tulisan diatas adalah hasil karya dari, Nadia Uzhba, Siswi SMA Negeri 1 Lhokseumawe, Finalis TOP 10 Lomba Opini Siswa SMA/SMK Se-Aceh kerjasama Dinas Pendidikan Aceh dan Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA)

Leave a Reply