Dosen Unesa Klarifikasi: Gula Bukan Penyebab Utama Diabetes, Ini Penjelasannya
Headnews.id – Dosen Ilmu Gizi Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Desty Muzarofatus Sholikhah, menyatakan bahwa konsumsi gula berlebih bukanlah penyebab utama diabetes melitus, meski seringkali dianggap demikian oleh masyarakat. Menurutnya, diabetes adalah hasil dari gangguan metabolisme karbohidrat yang lebih kompleks dan terkait erat dengan gaya hidup yang tidak sehat.
“Diabetes melitus bukan hanya soal gula. Ini berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat yang melibatkan pankreas dan insulin,” jelas Desty dalam keterangannya.
Pankreas, yang memproduksi insulin, memiliki peran penting dalam mengatur kadar glukosa darah. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup, atau insulin yang ada tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, kadar gula dalam darah tetap tinggi, yang dalam jangka panjang bisa memicu berbagai komplikasi serius.
Desty juga menjelaskan bahwa selain gula, karbohidrat sederhana dari makanan seperti nasi, roti, dan makanan ringan juga berkontribusi besar dalam peningkatan kadar glukosa darah. Lebih jauh, obesitas menjadi faktor risiko utama karena menyebabkan resistensi insulin.
“Peradangan kronis akibat obesitas dapat mengganggu kerja insulin. Inilah yang menyebabkan glukosa tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh tubuh,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya gaya hidup sehat untuk menjaga stabilitas gula darah, baik bagi penderita diabetes maupun masyarakat umum. Menurut Desty, konsumsi gula harian tidak boleh lebih dari dua sendok makan, dan bagi penderita diabetes, pola makan yang seimbang serta olahraga teratur sangat penting untuk mencegah lonjakan gula darah.
Desty menambahkan bahwa tubuh sebenarnya tidak memerlukan makanan manis secara khusus, dan sering kali keinginan untuk konsumsi makanan manis hanya didorong oleh kebiasaan, bukan kebutuhan biologis. Penggunaan pemanis alami seperti stevia bisa menjadi alternatif, tetapi tetap harus dilakukan dengan hati-hati.
“Stevia bisa menjadi opsi yang lebih aman bagi penderita diabetes, namun pengaturan pola makan tetap lebih penting daripada bergantung pada pemanis alami atau buatan,” jelasnya.
Meski faktor genetik juga dapat mempengaruhi risiko diabetes, Desty menggarisbawahi bahwa gaya hidup sehat dapat secara signifikan mengurangi risiko tersebut. Budaya pola makan yang kurang sehat dan rendahnya kesadaran akan pentingnya olahraga di masyarakat Indonesia juga menjadi alasan meningkatnya kasus diabetes.
“Olahraga bukan hanya untuk kebugaran, tetapi juga penting untuk menjaga metabolisme tubuh dan sensitivitas insulin,” katanya.
Dengan kesadaran akan gaya hidup sehat, Desty berharap masyarakat dapat lebih memahami bahwa diabetes melitus bukan hanya soal konsumsi gula, melainkan merupakan hasil dari interaksi berbagai faktor seperti pola makan, aktivitas fisik, dan kebiasaan sehari-hari.