February 17, 2025
Mengalami Rugi Rp2 Triliun, Garuda Indonesia Fokus Pada Kesehatan Operasional dengan EBITDA Positif
Travelling

Mengalami Rugi Rp2 Triliun, Garuda Indonesia Fokus Pada Kesehatan Operasional dengan EBITDA Positif

Nov 5, 2024

Headnews.id – Meskipun mencatat kerugian bersih sebesar US$131,22 juta (sekitar Rp2 triliun) hingga kuartal III/2024, maskapai nasional PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) menekankan bahwa performa operasionalnya tetap positif. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, menjelaskan bahwa kerugian ini terutama disebabkan oleh dampak penerapan standar akuntansi PSAK 73, yang berdampak pada pelaporan keuangan khususnya dalam pencatatan leasing operasional.

“Kerugian yang terlihat itu, jika Anda melihat secara mendetail, sebagian besar muncul karena perlakuan akuntansi sesuai dengan PSAK 73, yang mengatur pencatatan untuk leasing operasional,” kata Irfan saat berbicara dengan wartawan, Senin (4/11/2024). Meskipun secara akuntansi mengalami kerugian, EBITDA Garuda Indonesia justru menunjukkan angka positif sebesar US$685,81 juta, yang menunjukkan kesehatan dan stabilitas kinerja operasional.

“EBITDA kita kan 600 juta, sudah untung dan sehat. Tapi ini terkait perlakuan akuntansi,” tambah Irfan. EBITDA, menurutnya, adalah tolak ukur utama yang menggambarkan kondisi operasional perusahaan.

Di sisi pendapatan, Garuda Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 15% selama sembilan bulan pertama tahun ini, mencapai US$2,56 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 yang hanya mencapai US$2,23 miliar. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 17%, mencapai US$2,01 miliar. Pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal juga mengalami kenaikan sebesar 6%, sementara pendapatan lainnya meningkat sebesar 8%.

Namun, beban usaha Garuda ikut meningkat menjadi US$2,38 miliar hingga kuartal III/2024, naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$1,99 miliar. Hal ini turut memengaruhi peningkatan kerugian bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk, dari US$72,38 juta pada periode yang sama tahun lalu menjadi US$131,22 juta pada tahun ini.

Meskipun angka akuntansi menunjukkan kerugian, Garuda Indonesia optimis dengan kesehatan operasionalnya yang terus menunjukkan tanda positif. Irfan juga menyampaikan bahwa perusahaan sedang mempertimbangkan metode akuntansi alternatif untuk mencerminkan kinerja yang lebih realistis, guna menunjukkan performa operasional Garuda yang sebenarnya kepada para pemangku kepentingan.