November 22, 2024
Kendalikan Stres Lewat Doom Spending, Tanpa Jebol Rekening
Lifestyles

Kendalikan Stres Lewat Doom Spending, Tanpa Jebol Rekening

Oct 20, 2024

Headnews.id – Fenomena doom spending, atau belanja berlebihan sebagai respons terhadap stres, semakin sering terdengar, terutama di masa ketidakpastian ekonomi saat ini. Banyak orang menggunakan belanja sebagai cara untuk melarikan diri dari tekanan hidup sehari-hari, meskipun efeknya sering kali hanya bersifat sementara. Dalam konteks masyarakat Indonesia, dengan kemudahan belanja online, budaya konsumsi semakin meningkat, memudahkan akses untuk mengeluarkan uang. Namun, pertanyaan yang muncul adalah apakah doom spending dapat diatur agar memberikan manfaat psikologis tanpa merusak kesehatan finansial?

Bagaimana Doom Spending Memberikan Rasa Kontrol Sesaat?

Secara psikologis, doom spending dapat dianggap sebagai salah satu mekanisme coping, atau cara individu mengatasi stres dan kecemasan. Menurut penelitian dari Psychology Today, berbelanja dapat memberikan rasa kontrol sesaat. Ketika seseorang merasa terjebak dalam situasi yang tidak bisa dikendalikan, melakukan pembelian dapat memberikan ilusi bahwa mereka masih memiliki kendali atas satu aspek kehidupan—yakni, apa yang mereka beli.

Di Indonesia, dalam situasi ekonomi yang tidak pasti, seperti kenaikan harga kebutuhan pokok atau ketidakpastian politik, banyak orang menggunakan belanja sebagai pelarian sementara. Ini mencerminkan bahwa, di satu sisi, doom spending bisa memberikan manfaat jangka pendek, terutama dalam hal perasaan lega dari tekanan yang dirasakan. Namun, sisi gelapnya adalah dampak jangka panjangnya. Setelah kepuasan instan dari pembelian berlalu, individu sering kali dihadapkan pada rasa bersalah karena pengeluaran yang tidak perlu, yang dapat memperburuk stres finansial dan menciptakan lingkaran setan antara stres dan belanja berlebihan.

Regulasi Emosi dengan Belanja: Efek Dopamin dan Suasana Hati

Belanja memang bisa menjadi cara untuk meredakan ketegangan. Aktivitas ini merangsang pelepasan dopamin, neurotransmitter yang terkait dengan perasaan senang dan kepuasan. Inilah alasan mengapa berbelanja dapat memberikan “high” atau euforia sementara. Namun, efek ini tidak berlangsung lama. Setelah dopamin turun, individu sering kali merasa kosong atau bahkan lebih cemas. Ini disebut siklus kompulsif, di mana mereka terus mencari kepuasan instan dari belanja untuk menutupi emosi negatif yang lebih dalam, seperti stres atau kecemasan.

Dengan maraknya iklan dan kemudahan transaksi melalui e-commerce, masyarakat lebih sering terpapar dorongan untuk membeli barang-barang yang mungkin tidak mereka butuhkan. Ketergantungan pada dopamin dari belanja bisa menjadi akar dari masalah finansial yang lebih dalam jika tidak dikontrol.

Mengelola Doom Spending untuk Kesehatan Finansial dan Emosional

Lalu, bagaimana kita bisa mengelola doom spending tanpa merusak kesehatan finansial kita? Berikut beberapa strategi:

  1. Tetapkan Batasan Pengeluaran: Gunakan aplikasi keuangan untuk memantau kebiasaan belanja. Ini membantu individu melihat pola pengeluaran mereka dan menyesuaikan anggaran agar tidak melebihi batas.
  2. Tunggu Sebelum Membeli: Beri jeda setidaknya 24 jam untuk pembelian kecil dan hingga 30 hari untuk pembelian besar. Ini membantu seseorang mempertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar diperlukan atau hanya pelarian sesaat.
  3. Gunakan Uang Tunai: Membatasi penggunaan kartu kredit dan beralih ke uang tunai dapat membantu individu lebih menyadari jumlah uang yang dikeluarkan, secara psikologis menahan dorongan untuk belanja lebih banyak.
  4. Self-Compassion: Belanja juga bisa menjadi bentuk penghargaan pada diri sendiri. Jika dilakukan dengan penuh kesadaran dan perencanaan, self-reward melalui belanja sesekali dapat memberikan manfaat emosional yang nyata.

Keseimbangan antara Kebutuhan Psikologis dan Kesehatan Finansial

Menjaga keseimbangan antara kebutuhan psikologis dan kesehatan finansial adalah kunci utama dalam mengelola doom spending. Menurut Therapy Group of DC dan Mind Help, langkah penting adalah membuat anggaran realistis dan memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan.

Menyiapkan dana darurat juga merupakan strategi jangka panjang yang dapat mengurangi stres finansial. Dengan memiliki tabungan yang cukup untuk menghadapi situasi tak terduga, seseorang tidak perlu bergantung pada kartu kredit atau utang untuk menutupi kebutuhan mendesak.

Leave a Reply