Lebanon Kerahkan Pasukan ke Perbatasan, Israel Tolak Gencatan Senjata
Headnews.id – Perdana Menteri Sementara Lebanon, Najib Mikati, mengumumkan pengerahan pasukan ke perbatasan selatan negara itu, di tengah meningkatnya ketegangan dengan Israel. Langkah ini diambil setelah adanya dorongan dari Amerika Serikat, Eropa, dan Arab Saudi untuk menghentikan pertempuran antara Israel dan Hizbullah yang berlangsung di wilayah tersebut.
Dalam kunjungannya ke Ain al-Tineh pada Senin (30/9/2024), Mikati menegaskan bahwa Lebanon sepenuhnya berkomitmen pada Resolusi PBB 1701, yang menyerukan penarikan pasukan Hizbullah dari daerah perbatasan dan penggantian dengan tentara nasional Lebanon serta pasukan penjaga perdamaian PBB. Resolusi ini disahkan setelah perang antara Hizbullah dan Israel pada tahun 2006 dan bertujuan untuk menciptakan stabilitas di wilayah perbatasan.
Mikati juga mengungkapkan harapannya agar parlemen Lebanon segera memilih presiden baru setelah gencatan senjata tercapai. Posisi presiden telah kosong sejak Oktober 2022, dan upaya untuk memilih pengganti Michel Aoun belum berhasil meski telah dilakukan belasan kali.
Gencatan Senjata untuk 3 Minggu, Israel Tolak Usulan
Upaya internasional untuk mencapai gencatan senjata selama tiga minggu datang dari sejumlah negara Barat dan Arab, yang ingin menghentikan eskalasi di perbatasan Lebanon dan Gaza. Meski demikian, Israel dengan tegas menolak usulan tersebut, menegaskan bahwa mereka akan terus melawan Hizbullah hingga organisasi tersebut dilumpuhkan sepenuhnya.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa tidak akan ada penghentian operasi militer di perbatasan utara. “Kami akan terus melawan Hizbullah dengan segenap kekuatan hingga warga di utara Israel bisa kembali ke rumah mereka dengan aman,” ujar Katz melalui media sosial.
Serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Israel pada 27 September berhasil menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dan beberapa pejabat tinggi kelompok tersebut. Ini menandai eskalasi signifikan dalam konflik yang sudah berlangsung selama beberapa dekade.
Hizbullah Siap Bertempur, Meski Kehilangan Pemimpin
Meskipun kehilangan Nasrallah, Hizbullah berjanji akan terus melanjutkan perlawanan. Naim Kassem, yang ditunjuk sebagai pemimpin sementara Hizbullah, menegaskan bahwa mereka siap menghadapi invasi darat yang sedang dipersiapkan Israel. Ia juga menegaskan bahwa komando Hizbullah telah diganti dan operasional militer kelompok tersebut tidak akan terpengaruh oleh kematian para pemimpin utamanya.
“Israel tidak mampu melemahkan kekuatan kami,” ujar Kassem dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi pada Senin (30/9/2024).
Ketegangan di wilayah tersebut terus meningkat seiring dengan gencarnya operasi militer Israel di Lebanon selatan, serta serangan udara yang menargetkan pejuang Hizbullah dan posisi-posisi strategis lainnya. Situasi ini memicu kekhawatiran bahwa konflik akan meluas dan berdampak lebih besar di kawasan Timur Tengah.