Apple Belum Lunasi Investasi di RI, Kebijakan Trump ‘America First’ Jadi Tantangan Baru
Headnews.id – Apple Inc., salah satu raksasa teknologi asal Amerika Serikat, dikabarkan belum memenuhi komitmen investasi sebesar Rp300 miliar di Indonesia, meskipun perusahaan ini menikmati keuntungan yang signifikan dari penjualan produk-produk mereka di Tanah Air. Selama tahun 2023, Apple mencatatkan penjualan dari produk handphone, komputer genggam, dan tablet (HKT) yang mencapai lebih dari Rp30 triliun. Kondisi ini memicu pertanyaan di kalangan pejabat dan publik terkait komitmen Apple dalam mendukung perekonomian Indonesia.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pernyataannya menyoroti ketidakadilan yang ditunjukkan oleh Apple. Agus membandingkan Apple dengan perusahaan teknologi asing lainnya yang telah memenuhi kewajiban investasinya sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia.
“Kita tentu berharap bahwa Apple, sebagai perusahaan besar yang meraih keuntungan sangat besar di Indonesia, juga menunjukkan komitmen yang setara terhadap pembangunan ekonomi kita,” ujar Agus.
Ia juga menegaskan pentingnya pemenuhan kewajiban investasi bagi perusahaan asing yang ingin beroperasi di Indonesia, tidak hanya untuk meningkatkan ekonomi tetapi juga untuk memastikan lapangan kerja dan kontribusi langsung bagi masyarakat.
Di sisi lain, wacana terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dengan kebijakan “America First” menciptakan kekhawatiran tersendiri bagi perekonomian Indonesia. Kebijakan proteksionisme yang diusung Trump selama kepemimpinannya sebelumnya menunjukkan dampak signifikan terhadap hubungan dagang Amerika Serikat dengan berbagai negara, termasuk Indonesia.
Menurut beberapa analis, kebijakan “America First” dapat berdampak pada perdagangan internasional dan investasi asing yang selama ini menjadi salah satu penopang ekonomi Indonesia.
“Kebijakan ini berpotensi meningkatkan hambatan tarif dan non-tarif bagi negara-negara mitra dagang Amerika, termasuk Indonesia,” jelas salah seorang ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
Para pelaku industri dan ekonom Indonesia kini dihadapkan pada tantangan untuk mengantisipasi perubahan iklim ekonomi global yang berpotensi lebih protektif. Selain itu, perlu disiapkan strategi yang tepat untuk tetap mempertahankan hubungan perdagangan dengan Amerika Serikat, sambil mengurangi ketergantungan pada ekonomi negara tersebut.
“Indonesia perlu lebih banyak membuka jalur perdagangan dengan negara-negara lain untuk meminimalisir dampak dari kebijakan proteksionisme Amerika Serikat yang dipimpin Trump,” ujar ekonom INDEF tersebut.
Dengan adanya perubahan-perubahan kebijakan global ini, baik pemerintah maupun sektor swasta di Indonesia diharapkan lebih waspada dan adaptif. Penguatan perdagangan dalam negeri dan diversifikasi pasar ekspor menjadi strategi yang diharapkan dapat mengurangi dampak dari kebijakan-kebijakan proteksionisme yang mungkin diterapkan oleh Amerika Serikat.