Pernyataan Kontroversial Dharma Pongrekun di Debat Pilkada
Headnes.id – Bakal Calon Gubernur Jakarta nomor urut 02, Dharma Pongrekun, memicu perdebatan hangat dengan sejumlah pernyataan kontroversial saat debat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta pada Minggu (6/10). Beberapa pernyataan Dharma menyentuh isu Covid-19, keamanan siber, hingga kritik terkait sistem pemerintahan.
Salah satu momen yang menjadi sorotan adalah ketika Dharma menyinggung asal Covid-19 dan mempertanyakan penggunaan tes PCR untuk mendiagnosis virus ini. Ia menyebut pandemi sebagai agenda terselubung asing yang ditujukan untuk mengambil kedaulatan negara Indonesia.
“Pandemi adalah agenda asing untuk mengambil kedaulatan negara, sehingga terlihat sekali rapuhnya bangsa ini,” ujar Dharma dalam debat yang digelar di JIExpo, Jakarta.
Dharma yang merupakan mantan Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memberikan pandangan kontroversial lainnya terkait berbagai isu. Berikut beberapa pernyataan utama Dharma Pongrekun dalam debat:
1. Covid-19 sebagai Agenda Asing
Dharma secara tegas menyatakan bahwa pandemi Covid-19 adalah bagian dari agenda tersembunyi asing yang berupaya merongrong kedaulatan Indonesia. Ia menyebut, melalui isu kesehatan, bangsa Indonesia dipaksa untuk mengikuti agenda internasional yang disebutnya mencurigakan.
“Kenapa (namanya) Covid-19, bukan Taufik?” ujar Dharma yang menimbulkan respons dari audiens.
2. Pertanyakan Tes PCR
Dharma juga mempertanyakan penggunaan tes PCR sebagai metode untuk mendeteksi Covid-19. Ia berargumen bahwa pengambilan sampel lewat tenggorokan manusia bukanlah cara yang optimal dan mempertanyakan mengapa tidak menggunakan air liur sebagai alternatif.
“Kenapa harus mencolok tenggorokan? Kenapa tidak dari ludah saja kalau memang mau tes virus?” tanyanya.
3. Kebocoran Data di Indonesia
Ketika membahas keamanan siber, Dharma mengkritik ketergantungan Indonesia pada internet yang tidak mandiri. Ia menyebut bahwa selama Indonesia masih menggunakan infrastruktur siber dari luar, kebocoran data akan terus terjadi. Ia mencontohkan kasus kebocoran di Pusat Data Nasional (PDN) sebagai bukti bahwa keamanan siber di Indonesia belum terjamin.
“Selama internetnya tidak mandiri, maka semua data akan terus bocor, tidak peduli berapa kali kita ganti password,” ujarnya.
4. Kecerdasan Buatan (AI) sebagai Alat Intelijen
Dalam sesi yang membahas keamanan siber, Dharma juga menyatakan bahwa kecerdasan buatan (AI) adalah alat intelijen yang digunakan untuk memata-matai. Menurutnya, penggunaan AI dalam berbagai gawai membuat keamanan privasi semakin terancam.
“AI adalah alat intelijen untuk mengintai kita, terutama lewat gadget yang kita pakai,” katanya.
5. Doakan Pramono Anung Jadi Presiden
Menariknya, dalam salah satu sesi debat, Dharma juga memberikan harapan agar rival debatnya, Pramono Anung, suatu hari menjadi presiden. Menurut Dharma, jika Pramono berhasil menjadi presiden, ia ingin ditunjuk sebagai staf khusus yang mengurusi keamanan siber.
Meskipun begitu, Pramono Anung dengan tegas menjawab bahwa ia lebih fokus pada pencalonannya sebagai gubernur Jakarta daripada ambisi presiden. “Cukup Pilkada saja bagi saya,” jawab Pramono singkat.
Pernyataan-pernyataan Dharma Pongrekun ini telah memicu beragam tanggapan dari masyarakat dan pengamat politik, yang menilai bahwa debat tersebut memperlihatkan pandangan yang berbeda antara calon terkait cara menangani pandemi, keamanan siber, dan isu-isu krusial lainnya.