Korea Utara Kritik Tajam Revisi Kebijakan Nuklir AS, Ancam Perkuat Persenjataan
Headnews,id-Korea Utara mengutuk keras revisi terbaru strategi nuklir Amerika Serikat (AS) yang baru-baru ini disahkan oleh Presiden Joe Biden. Sebagai respons atas kebijakan tersebut, Korea Utara menegaskan akan memperkuat kemampuan nuklirnya untuk menghadapi ancaman yang dirasakan.
Revisi strategi nuklir AS yang diberi nama “Nuclear Employment Guidance” disetujui oleh Biden pada Maret 2024. Kebijakan ini bertujuan untuk mengatasi ancaman nuklir yang meningkat dari Tiongkok, Korea Utara, dan Rusia, serta mempersiapkan AS menghadapi potensi tantangan nuklir yang mungkin muncul dari ketiga negara tersebut.
Dalam pernyataannya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara menegaskan bahwa Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK) akan terus memperkuat kemampuan nuklir strategisnya untuk menanggulangi dan menghilangkan segala ancaman keamanan yang mungkin timbul akibat kebijakan nuklir AS yang dianggap berbahaya.
“DPRK akan terus meningkatkan kekuatan strategisnya untuk menghadapi dan menghancurkan segala tantangan keamanan yang mungkin muncul dari revisi kebijakan nuklir AS yang berbahaya, serta menanggapi setiap ancaman nuklir dengan tegas,” ujar juru bicara tersebut kepada Kantor Berita Korea Pusat (KCNA), Sabtu (24/8/2024), sebagaimana dikutip dari Yonhap. Meskipun AS terus menyoroti ancaman nuklir dari negara lain, DPRK menegaskan akan tetap melanjutkan pengembangan kekuatan nuklir yang memadai dan andal untuk mempertahankan kedaulatan dan keamanan nasionalnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Ancaman nuklir yang datang dari Korea Utara, Tiongkok, dan Rusia kini menjadi fokus utama Washington. Ketegangan semakin meningkat setelah Rusia memperkuat kerja sama strategisnya dengan Korea Utara dan Tiongkok di tengah isolasi diplomatik yang dihadapinya akibat konflik di Ukraina.
Sebagai bukti penguatan hubungan tersebut, Rusia dan Korea Utara menandatangani perjanjian kemitraan strategis komprehensif pada Juni 2024. Sementara itu, Rusia dan Tiongkok juga memperdalam kemitraan “tanpa batas,” sebuah langkah yang dikritik Washington sebagai bentuk dukungan Beijing terhadap industri pertahanan Rusia.
Reaksi keras Korea Utara terhadap revisi strategi nuklir AS ini menunjukkan peningkatan ketegangan di kawasan, yang berpotensi mengancam stabilitas regional dan global. Langkah-langkah balasan yang diambil oleh Korea Utara bisa memicu eskalasi perlombaan senjata yang lebih intensif di Asia Timur, dengan dampak yang dirasakan oleh negara-negara di kawasan maupun komunitas internasional.