December 5, 2024
Ekonom UI: Anggaran Makan Bergizi Bisa Memicu Defisit Rp700 Triliun pada 2025
Economy

Ekonom UI: Anggaran Makan Bergizi Bisa Memicu Defisit Rp700 Triliun pada 2025

Aug 27, 2024

Jakarta,Headnews.id-Ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal, mengungkapkan potensi defisit anggaran Indonesia pada tahun 2025 bisa mencapai Rp690 triliun hingga Rp700 triliun. Hal ini kemungkinan terjadi jika anggaran untuk program makan bergizi gratis meningkat dari semula Rp71 triliun menjadi Rp120 triliun.

Fithra menjelaskan, defisit anggaran yang telah dianggarkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 sebelumnya adalah Rp586 triliun. “Dengan kemungkinan peningkatan anggaran makan bergizi, target defisit yang awalnya 2,8 persen bisa melonjak menjadi 2,9 persen. Ini adalah angka defisit tertinggi yang dihadapi Indonesia pasca-pandemi,” kata Fithra dalam dialog Breaking News Kompas TV, Jumat (16/8/2024).

Fithra juga menyoroti sumber dana untuk menutupi defisit tersebut, yang sebagian besar diantisipasi melalui penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL) 2023. “Saldo Anggaran Lebih tahun 2023 sebesar Rp459,5 triliun, di mana Rp150 triliun dialokasikan untuk tahun 2024 dan sisanya akan digunakan pada 2025,” jelasnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada hari Jumat siang menyampaikan Nota Keuangan RAPBN 2025 di DPR RI, Jakarta. Fithra menambahkan bahwa ekspektasi pasar adalah agar RAPBN 2025 dapat mengakomodasi program-program pemerintahan presiden terpilih, Prabowo Subianto.

“Para pelaku pasar berharap bahwa APBN transisi ini dapat mengakomodasi kebijakan pemerintahan mendatang tanpa menimbulkan risiko defisit fiskal yang berlebihan,” ujarnya. Ia mencatat bahwa kebijakan fiskal pada 2025 cenderung lebih ekspansif, yang dapat mengakibatkan rentang defisit yang lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Menurut Fithra, penyesuaian defisit anggaran pada 2024 dilakukan agar perbedaan dengan defisit yang direncanakan untuk 2025 tidak terlalu mencolok, mengingat target defisit pada 2024 awalnya adalah 2,3 hingga 2,4 persen dan kemudian dimoderasi menjadi 2,47 persen. “Peningkatan yang signifikan dalam defisit dapat menimbulkan reaksi negatif di pasar,” tegasnya.

Leave a Reply