December 5, 2024
Suswaningsih, Peraih Kalpataru dari Gunungkidul: Ajak Anak Muda Bangga Menjadi Petani
Agro Ecology

Suswaningsih, Peraih Kalpataru dari Gunungkidul: Ajak Anak Muda Bangga Menjadi Petani

Aug 24, 2024

Gunungkidul,Headnews.id – Suswaningsih, seorang penyuluh pertanian berusia 55 tahun dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Rongkop, telah mengubah lanskap Kapanewon Rongkop dengan mengkonversi bukit berbatu yang tandus menjadi lahan pertanian produktif sejak 2012. Upaya luar biasa ini membuahkan penghargaan Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2021 untuk kategori pengabdi lingkungan.

Selain bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani, Suswaningsih berkomitmen untuk mendorong regenerasi petani di daerah asalnya. “Kami mendampingi dan mengajak petani milenial untuk terjun ke dunia pertanian,” ujar Suswaningsih. Di bawah kepemimpinannya, BPP Rongkop melatih petani muda dalam penanaman sayuran, jagung, dan tanaman pangan lainnya, dengan harapan mereka dapat mengembangkan pengetahuan ini dan menyebarkannya ke petani lain di sekitar mereka.

Dulu, banyak pemuda dari Rongkop memilih merantau untuk mencari pekerjaan, namun sekarang semakin banyak yang terjun ke pertanian karena hasilnya yang menjanjikan. “Dulu, menjadi petani sering dianggap memalukan, tetapi sekarang banyak yang bangga menjalani profesi ini,” kata Suswaningsih.

Metode inovatif Suswaningsih dalam memanfaatkan lahan berbatu termasuk pembuatan terasering dan penanaman berbagai jenis tanaman di antara batuan. “Di atas batu yang memiliki tanah, kita membuat terasering dan menanam di bawahnya,” jelasnya. Tanah-tanah terbatas di antara bebatuan ini mampu mendukung berbagai tanaman seperti jagung, kacang tanah, dan padi, bahkan di bawah naungan pohon besar seperti jati.

Metode ini memerlukan waktu dan contoh nyata untuk diterapkan secara luas. “Kita memberikan contoh langsung kepada masyarakat sehingga mereka melihat manfaatnya,” tambahnya. Setelah penataan, lahan diberi pupuk organik hasil dari masyarakat sendiri.

Dengan sistem tumpangsari, Suswaningsih memastikan lebih dari satu jenis tanaman dapat ditanam di satu area pertanian. Pada musim hujan pertama (MH1), petani menanam padi, jagung, dan ubi kayu. Setelah panen padi dan jagung pada Februari, kacang tanah ditanam hingga panen sebelum ubi kayu.

Dari awalnya hanya 5 hektare lahan kritis, kini telah berkembang menjadi 200 hektare di satu kelurahan dan 900 hektare di seluruh Kapanewon. “Sekarang banyak petani yang mulai menanam di lereng-lereng perbukitan. Kesadaran petani semakin meningkat,” tutup Suswaningsih.

Leave a Reply