“Konsep Modernisasi China: Di Balik Kesuksesan Kereta Cepat Whoosh”
Headnews.id-Proyek kereta cepat pertama di Indonesia, yang dinamakan ‘Whoosh’, kini menghubungkan Jakarta dan Bandung dengan waktu tempuh hanya sekitar 45 menit. Proyek Strategis Nasional (PSN) yang ambisius ini, yang membutuhkan waktu tujuh tahun untuk diselesaikan, merupakan hasil kerja sama erat antara pemerintah Indonesia dan China. Namun, di balik pembangunan kereta cepat ini, terselip konsep modernisasi China yang turut membentuk arah kerja sama internasional tersebut.
Prof. Dr. Wang Yiwei, Direktur Hubungan Internasional di Renmin University of China, mengungkapkan bahwa dalam kerja sama seperti proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), China menerapkan konsep modernisasi yang memungkinkan negara mitra untuk tetap mempertahankan identitas dan kedaulatannya. Menurutnya, Indonesia, sebagai pemegang saham mayoritas dalam proyek ini, adalah contoh dari bagaimana China membantu negara mitranya menjadi mandiri tanpa harus ‘dijajah’ oleh pengaruh asing.
“China ingin negara-negara yang bekerja sama dengan mereka tetap menjadi diri mereka sendiri, tanpa harus mengikuti negara lain, termasuk China. Konsep modernisasi China berkontribusi pada komunitas global dengan memastikan bahwa negara-negara ini independen, tidak ‘dijajah’ atau ‘dibaratkan’. Mereka harus belajar dari Barat tetapi tetap mempertahankan jati diri mereka,” kata Prof. Wang dalam wawancara dengan jurnalis Asia Pacific di Beijing.
Prof. Wang menekankan bahwa tujuan utama dari kerja sama ini bukan sekadar untuk mencari keuntungan finansial, tetapi lebih kepada saling mendukung demi kemajuan bersama. Contoh nyata dari prinsip ini adalah kepemilikan saham dalam proyek KCJB, di mana Indonesia menguasai 51% sementara China memegang 49%. Ini menunjukkan bahwa kontrol utama atas proyek tetap berada di tangan Indonesia.
“Dengan pembagian saham yang seperti ini, kami memastikan bahwa proyek ini berada dalam kendali Indonesia, bukan China. Ini adalah proyek jangka panjang, di mana masa depan kedua negara berbagi tanggung jawab dan manfaat,” ungkapnya.
Indonesia, sebagai negara kepulauan yang besar, sangat membutuhkan infrastruktur yang dapat menghubungkan daerah-daerah terpencil. Prof. Wang menjelaskan bahwa untuk membangun infrastruktur sebesar itu, diperlukan modal yang sangat besar. Ia mencontohkan jaringan kereta cepat di China yang memiliki panjang lebih dari 50 ribu kilometer, yang membutuhkan waktu puluhan tahun untuk bisa kembali modal.
“Proyek kereta cepat seperti ini memang membutuhkan investasi besar dan waktu yang lama untuk kembali modal, tetapi manfaatnya sangat besar. Ini akan menghubungkan kota-kota besar di Indonesia, seperti Surabaya, yang bisa kita bandingkan dengan Beijing atau Shanghai. Dengan konektivitas yang lebih baik, akan ada banyak peluang bagi kaum muda, pariwisata, dan berbagai industri lainnya,” jelasnya.
Menurut Prof. Wang, konsep modernisasi China sangat berbeda dari pendekatan yang dilakukan oleh negara-negara Barat seperti Amerika Serikat. Di mana AS cenderung untuk menjual dan mendominasi, China lebih memilih untuk bekerja sama dan membangun bersama dengan negara mitra. Dia menekankan bahwa modernisasi China adalah tentang menghargai budaya dan nilai-nilai lokal, dan belajar dari pengalaman negara lain tanpa harus meniru sepenuhnya.
“China membuka diri kepada dunia pada awal 1980-an di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping, yang memperkenalkan reformasi besar-besaran termasuk modernisasi industri dan ekonomi. Meskipun kami belajar dari Barat, tujuannya bukan untuk meniru mereka, tetapi untuk tetap menjadi diri kami sendiri,” tambahnya.
Prof. Wang juga menyebutkan bahwa ketika China berkolaborasi dengan negara lain, seperti di Afrika, pendekatan yang digunakan berbeda dengan negara-negara Barat. Alih-alih menjual atau mengajari, China lebih memilih untuk membangun fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh negara tersebut, seperti rumah sakit, yang menunjukkan komitmen mereka terhadap pembangunan bersama.
Proyek kereta cepat ‘Whoosh’ adalah salah satu bukti nyata dari bagaimana konsep modernisasi China diterapkan dalam kerja sama internasional. Dengan fokus pada saling berbagi dan belajar, proyek ini tidak hanya bertujuan untuk memperkuat infrastruktur transportasi di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan model kerja sama yang saling menguntungkan di masa depan.