Agroekologi: Solusi Berkelanjutan Atasi Gagal Panen Petani
Headnews.id – Perubahan iklim yang menyebabkan kemarau panjang telah mengakibatkan gagal panen di berbagai daerah, seperti Lampung Selatan dan Garut. Petani di Desa Pasuruan, Lampung Selatan, misalnya, menghadapi kekeringan yang parah, dengan sungai dan irigasi yang mengering, sehingga berdampak pada kehidupan mereka. Winarto, seorang petani setempat, mengungkapkan, “Saya berharap pemerintah membantu membuatkan sumur bor di sawah, kami butuh bantuan air.”
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah telah memberikan bantuan berupa asuransi pertanian dan peningkatan infrastruktur, seperti pembangunan pompa dan rehabilitasi jaringan irigasi tersier. Namun, solusi jangka panjang diperlukan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan praktik pertanian yang tidak berkelanjutan.
Pola monokultur yang diperkenalkan melalui revolusi hijau, termasuk penggunaan pestisida dan pupuk kimia, telah mengurangi keragaman tanaman pangan dan merusak kesuburan tanah. Sebagai alternatif, Pesantren Ekologi Ath Thariq di Garut, yang dipimpin oleh Nissa Saadah Wargadipura, memperkenalkan sistem pertanian agroekologi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Agroekologi menekankan diversifikasi tanaman, penggunaan pupuk organik, dan praktik pertanian yang selaras dengan ekosistem lokal.
Implementasi agroekologi diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan, mengurangi risiko gagal panen, dan memperbaiki kesejahteraan petani. Pendekatan ini juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati, yang penting untuk keberlanjutan pertanian di masa depan.