36 Virus Baru Ditemukan di Peternakan Bulu China, Beberapa Berisiko Menular ke Manusia
Headnews.id – Sebanyak 36 virus baru telah terdeteksi di peternakan hewan di China yang memproduksi bulu, dengan beberapa di antaranya berisiko tinggi berpindah antarspesies dan menular ke manusia.
Penelitian terbaru, yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, mengungkapkan temuan ini berdasarkan analisis materi genetik dari sampel paru-paru dan usus 461 hewan seperti cerpelai, kelinci, rubah, dan anjing rakun yang mati antara 2021 dan 2024. Sebagian besar hewan tersebut berasal dari peternakan bulu, dengan beberapa juga diternakkan untuk makanan atau obat tradisional, dan sekitar 50 ekor adalah hewan liar.
Dari hasil analisis, tim peneliti mendeteksi total 125 virus, termasuk 36 virus baru. Dari jumlah tersebut, 39 virus dianggap berisiko tinggi untuk berpindah antarspesies, termasuk potensi penularan ke manusia. Beberapa di antaranya, seperti hepatitis E dan ensefalitis Jepang, telah diketahui menular ke manusia, sementara 13 virus baru juga terdeteksi.
Penelitian juga menemukan beberapa jenis flu burung pada marmut, cerpelai, dan muskrat, serta tujuh jenis virus corona, meskipun tidak ada yang terkait erat dengan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
Virus yang paling mengkhawatirkan adalah varian mirip Pipistrellus HKU5, yang sebelumnya ditemukan pada kelelawar dan kini terdeteksi di paru-paru dua cerpelai ternak. Pipistrellus HKU5 adalah kerabat virus corona sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), yang dapat mematikan bagi manusia.
Profesor Holmes dari Universitas Sydney, salah satu penulis studi, menekankan pentingnya perhatian terhadap virus ini. “Sekarang kita melihat virus ini berpindah dari kelelawar ke cerpelai ternak, sehingga harus menjadi tanda peringatan,” ujarnya.
Penemuan virus baru di China ini menegaskan kekhawatiran bahwa peternakan bulu dapat memfasilitasi penyebaran virus-virus yang berpotensi menular ke manusia. Para ilmuwan juga percaya bahwa ribuan virus yang belum teridentifikasi mungkin beredar di kalangan mamalia liar, dan peternakan bulu berpotensi meningkatkan risiko penularan virus tersebut.